Gambar: Pixabay
OFiSKITA - Terlepas dari kontroversi soal akan dipindahkannya ibukota negara ke Kalimantan, kita akan sama-sama melihat seperti apa perwujudan smart city yang sesungguhnya di Indonesia. Ibarat pembangunan yang dimulai dari nol, ibukota baru dirancang sedemikian rupa dengan mengusung smart city dan smart mobility, dimana segala sesuatu di dalamnya dikelola menggunakan teknologi.
Dikutip dari cnnindonesia.com, dikatakan bahwa calon ibukota baru negara kita, Penajam Paser Utara, akan menerapkan konsep kota pintar atau smart city. Wakil Bupati Kabupaten Penajam Paser Utara Hamdan mengatakan bahwa kota pintar sudah menjadi sebuah keharusan terutama kebutuhan akan akses internet, dimana koneksi yang lambat atau blank spot tidak akan ditemui.
Hamdan menyebutkan bahwa saat ini telah membangun WiFi Corner di beberapa titik di wilayahnya, meskipun jaringan masih belum sempurna. Pada kesempatan lain Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara pun sempat menyebut bahwa Kalimantan harus direncanakan untuk menjadi 'pintu gerbang' untuk koneksi internet Indonesia ke dunia internasional.
"Mungkin 5-10 tahun lagi ada pintu gerbang ke internasional dari Kalimantan. Mungkin dirancang seberapa besar trafik karena nanti kalau ibu kota pindah, ada jutaan orang penghuni baru," kata Rudiantara.
Ketika ini terealisasi, akses internet diharapkan akan semakin cepat dan semakin andal. Sebab, selama ini menurutnya koneksi internet di Kalimantan ke dunia internasional mesti melewati Jakarta terlebih dulu. Koneksi yang tidak langsung ini membuat koneksi internet Kalimantan ke layanan situs internasional jadi lebih lambat. Sejalan dengan konsep smart city yang akan diterapkan di ibukota baru nanti, smart mobility pun akan menjadi landasan pegelolan transportasi publik/masal.
Sementara itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa sistem transportasi massal akan menjadi angkutan utama yang digunakan oleh masyarakat di ibukota yang baru nanti. Salah satu yang bisa digunakan adalah transporasi massal bernama ART (Autonomus Rail Rapid Transit). Ramah lingkugan, kapasitas banyak, serta waktu kedatangan yang tepat menjadi alasan mengapa teknologi ART dipilih sebagai transportasi yang akan diadakan di Kalimantan.
Menhub menjelaskan, penggunaan ART ini dapat menekan biaya investasi karena tidak perlu membangun jalur rel KA. Namun demikian, Menhub mengatakan masih akan mengkaji lebih lanjut karena ini termasuk teknologi yang baru. “Karena investasi rel itu mahal sekali, 1 km itu bisa sampai Rp 200 – Rp 300 miliar, kalau eleveted bisa Rp 400 miliar. Kalau ini rencananya tanpa menggunakan rel sehingga menekan harga. Tapi teknologinya baru, jadi kita gunakan dulu bus gandeng. Tapi untuk kedepannya, konsep yang disiapkan adalah ART,” ungkapnya.
Kepala Badan Litbang Kemenhub Sugihardjo juga menjelaskan hal yang senada bahwa transportasi Ibukota baru akan dibuat lebih ramah lingkungan (eco friendly), dengan 65 persen dari ibukota baru harus terdiri dari ruang terbuka hijau. “Kami akan membangun transportasi Ibukota yang modern dan cerdas. Maka dari itu kita akan menyusun teknologi yang bagus, agar masyarakat kalau mau menggunakan transportasi bisa didahului dengan jalan kaki ke halte atau stasiun yang tentunya harus eco friendly,” kata Sugihardjo.
Sebagai informasi, beberapa infrastruktur sarana dan prasarana lain yang direncanakan akan dibangun di ibukota antara lain pedestrian, e-bike, e-scooter, dan LRT atau MRT.
Sumber: cnnindonesia.com; beritatrans.com