Gambar: Nick Agus Arya / Unsplash
OFiSKITA – Sebagai salah satu inisiasi mewujudkan Revolusi Industri 4.0, pemerintah terus mendorong agar startup dan ekonomi digital tumbuh subur di Indonesia, hal ini diungkapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam sebuah wawancara. Kehadiran startup-startup baru di Indonesia, tak lepas dari peran pemuda sebagai pendiri aplikasi digital yang bermanfaat bagi perekonomian masyarakat.
Potensi Indonesia di sektor ekonomi digital sangat besar di masa mendatang. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilaksanakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang mengungkapkan jumlah pengguna internet mencapai 143 juta pengguna dari total 262 juta orang populasi di Indonesia. Selain itu, 130 juta orang pengguna media sosial dan bonus demografi yang kebanyakan pemuda milenial juga menjadi peluang untuk pengembangan usaha digital ke depan.
Menurut laporan "Mapping & Database Startup Indonesia 2018" yang diadakan oleh Bekraf dan MIKTI, hingga Desember 2018, jumlah startup di Indonesia mencapai 992 dengan pembagian:
352 startup di bidang E-Commerce (35,48%). Contohnya 8wood, Bhinneka, Blibli dan Bridestory.
53 startup di bidang Fintech (5,34%). Contohnya CekAja, Cermati, Crowdo dan Jenius.
55 startup di bidang Gaming (5,54%). Contohnya Aksara Studio, Codelab, Tinker.id dan SpektaDev.
532 startup di bidang lainnya (53,63%). Contohnya Ruangguru (edukasi), Halodoc (kesehatan), IDN Times (media) dan Kata.ai (AI).
Bekraf dan MIKTI juga merangkum persebaran startup di Indonesia
522 startup berada di Jabodetabek
30 startup berada di Jawa Tengah
54 startup berada di Daerah Istimewa Yogyakarta
44 startup berada di Jawa Barat
113 berada di Jawa Timur
32 berada di Bali dan NTB
24 berada di Kalimantan
34 berada di Sulawesi
115 berada di Sumatera
24 berada di kota-kota lainnya
Dari 992 startup yang terdaftar dalam database Bekraf dan MIKTI, terdapat empat startup yang telah berpredikat sebagai unicorn. Unicorn adalah sebutan untuk startup yang telah mendapat pendanaan di atas angka USD1 miliar atau Rp13 triliun.
Go-Jek (Transportasi)
Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun 2010. Pada awalnya Go-Jek hanya berupa bisnis yang memfasilitasi para tukang ojek agar mendapat pelanggan, kini Go-Jek telah mengembangkan sayap ke 10 bisnis lainnya termasuk Gopay dan Gofood. Go-jek mendapatkan gelar unicorn setelah menerima total dana USD550 juta dari delapan investor.
Tokopedia (E-commerce)
Tokopedia didirikan oleh William Tanuwijaya pada tahun 2009. Tokopedia mendapat predikat unicorn setelah enam tahun beroperasi dan mengumpulkan 9 kali pendanaan sejak 6 Februari 2009.
Bukalapak (E-commerce)
Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky pada tahun 2010. Mereka telah mencapai pendanaan lebih dari USD1 miliar.
Traveloka (Perjalanan)
Traveloka didirikan oleh Ferry Unardi pada tahun 2012. Mereka mendapatkan gelar unicorn setelah menerima suntikan dana dari Expedia, East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD, dan Sequoia Capital.
Menciptakan lapangan kerja
Keberadaan startup-startup di Indonesia tak hanya menguntungkan secara bisnis, tapi juga memberikan manfaat kepada masyarakat. Salah satunya, membuka lapangan kerja. Go-Jek, misalnya, membuka lapangan pekerjaan untuk driver, dan hingga saat ini jumlah driver Go-Jek sudah mencapai 1 juta orang.
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan inovasi
Startup, terutama yang berstatus unicorn, dapat membantu pemerintah yang sedang berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan inovasi dengan menggarap pasar lokal ketika rupiah melemah.
Bantu UMKM melebarkan sayap bisnis
Perusahaan startup seperti Gojek, Bukalapak, dan Tokopedia menyediakan lahan untuk merchant atau pedagang yang ingin mempromosikan serta menjual produknya. Dengan kata lain, perusahaan startup bisa menjembatani pelaku industri kecil dengan calon pembeli.
Menarik lebih banyak investasi
Startup unicorn Indonesia memiliki daya tarik sendiri segi bisnis jangka panjang. Hal ini membuat para investor tak segan menyuntikkan dana triliuan rupiah.
Sumber: Bekraf, Detik, Kompas, DigiNation