Gambar: remarkety
OFiSKITA - Memberi pengalaman personal kepada pelanggan adalah sesuatu yang dipikirkan para profesional pemasaran saat ini, dimana setiap pelanggan merasa bahwa merek tersebut mengenal mereka dan dapat mengantisipasi setiap kebutuhan mereka. Bila sebuah merek bisa menangkap peluang itu, maka penjualan dan kesetiaan pelanggan secara otomatis akan mengikuti. Sebagai strategi pemasaran yang menempati posisi puncak, personalisasi merek tidak mudah diterapkan. Bahkan laporan oleh Ascend2 yang dipublikasikan di eMarketer, menemukan bahwa bagi hampir 63% pemasar ini adalah taktik yang paling sulit untuk dilaksanakan.
Seperti dikatakan oleh Jeremy Hlavacek, kepala pendapatan di IBM Watson Advertising kepada eMarketer "Dalam dunia digital yang semakin terhubung, konsumen sekarang mengharapkan merek untuk menyajikan konten yang dipersonalisasi pada saat yang optimal dan pada perangkat pilihan mereka." VP bidang pemasaran global di DataStax, Evanna Kearins, berpendapat bahwa masalah utama yang dihadapi merek dengan personalisasi dan strategi rekomendasi bergantung pada analisis terhadap fakta. Namun, hambatan terhadap pengalaman yang dipersonalisasi sepenuhnya tidak harus berakhir pada sisi merek. Menurut Hlavacek, konsumen sendiri juga membawa beberapa "disonansi kognitif" ketika bicara mengenai sikap terhadap personalisasi.
Pelanggan memang menginginkan pengalaman merek yang dipersonalisasi, tetapi cara mereka berbelanja lebih rumit dan beragam daripada di masa lalu. Konsumen sekarang memulai dan menghentikan perjalanan belanja mereka di saluran yang berbeda, termasuk pasar online dan media sosial, dan sering berbelanja untuk produk yang sama di berbagai pengecer, baik online maupun di toko.
Perlu diingat bahwa personalisasi tidak sama dengan kustomisasi. Seperti diuraikan oleh TechTarget bahwa personalisasi dan kustomisasi telah lama menjadi dua kata kunci paling populer di dunia pemasaran modern. Personalisasi adalah "sarana untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara lebih efektif dan efisien, membuat interaksi lebih cepat dan mudah, hingga mengakibatkan meningkatnya kepuasan pelanggan dan kemungkinan kunjungan yang berulang. Ini bisa tercapai ketika sebuah sistem menyesuaikan pengalaman berdasarkan perilaku konsumen sebelumnya. Misalnya, Amazon mempersonalisasi berandanya untuk setiap pengguna berdasarkan penelusuran, penayangan, dan pembelian pengguna sebelumnya.
Sementara kustomisasi menurut definisi, adalah "tindakan (oleh pengguna) untuk memodifikasi sesuatu agar sesuai dengan individu atau tugas tertentu." Meski keduanya terdengar sangat mirip, perbedaan antara personalisasi dan kustomisasi terletak pada siapa yang membuat perubahan. Personalisasi dicapai melalui data pelanggan dan teknologi prediktif. Kustomisasi dicapai ketika pengguna secara manual membuat perubahan untuk mencapai pengalaman yang diinginkannya.
Dalam pemasaran email, personalisasi berarti mengirim email kepada pelanggan yang ditargetkan dengan konten dan penawaran berdasarkan informasi demografis dan data perilaku. Di sisi lain, menggunakan kustomusasi berarti mereka menerima pesan berdasarkan pengaturan yang telah mereka pilih. Mengapa ini penting? Karena pelanggan mengharapkan pengalaman yang dipersonalisasi. Menurut DMA, setengah dari pendapatan yang didapat melalui email didorong oleh pengaturan email yang dipersonalisasi dan tersegmentasi.
Efek samping yang juga timbul dari adanya personalisasi antara lain:
Mendorong loyalitas merek
Pengalaman merek yang lebih baik
Meningkatkan layanan pelanggan
Menyejajarkan saluran pemasaran
Sumber: marketingtechnews, towerdata